Selanjutnya, ciri-ciri syair yang paling menonjol ialah tidak memiliki sampiran sebagaimana pantun ataupun karya sastra yang lainnya. Dalam artian, bahwa semua larik dalam syair biasanya merupakan isi yang tidak selesai hanya dengan satu bait karena syair digunakan untuk menyampaikan suatu cerita:
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putra baginda
Besarlah sudah bangsawan muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna
Petah menjelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina
Akan Rahmah puteri bangsawan
Parasnya elok sukar dilawan
Sedap manis barang kelakuan
Sepuluh tahun umurnya tuan
Melihat syair diatas dapat disimpulkan bahwa syair tersebut tidak menunjukkan adanya sampiran melainkan keseluruhannya merupakan isi. Syair tersebut menggambarkan atau menceritakan tentang putra Sultan bernama Abdul Muluk yang berusia tiga belas tahun menaruh hati pada Rahmah seorang puteri bangsawan yang berusia sepuluh tahun.
Quoted From Many Source