Perilaku self-sabotage bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pola pengasuhan di masa kecil. Berikut beberapa penyebab seseorang memiliki perilaku self-sabotage:
Kebiasaan masa kecil
Self-sabotage bisa terjadi karena tindakan berulang yang dipelajari ketika masih kecil dan menjadi suatu kebiasaan hingga besar. Misal, orangtua yang jarang memberikan perhatian kepada anak dan hanya menunjukkan perhatiannya ketika anak membuat orangtua kesal. Hal ini dapat terekam di otak anak bahwa dengan membuat orang marah bisa menjadi salah satu cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hubungan tidak sehat sebelumnya
Jika dalam hubungan sebelumnya pernah merasa tidak didengarkan, dapat berdampak pada kesulitan komunikasi secara efektif di hubungan selanjutnya. Misal, ketika terjadi konflik dengan pasangan yang sekarang, cenderung memilih untuk diam dan tidak mencari jalan penyelesaiannya.
Takut gagal
Perasaan takut gagal dalam pekerjaan, hubungan, atau menjadi orangtua yang baik, secara tidak sengaja dapat memunculkan self-sabotage untuk menghindari kegagalan tersebut. Misal ketika ada sebuah peluang untuk karirmu, namun lebih memilih untuk tidak mencobanya karena ingin menghindari kegagalan yang belum tentu terjadi dan malah melewatkan peluang tersebut.
Self-esteem rendah
Orang dengan citra diri yang negatif sangat rentan terhadap self-sabotage. Mereka berperilaku dengan cara yang menegaskan keyakinan negatif tentang diri mereka sendiri. Jadi, jika mereka hampir berhasil, mereka menjadi tidak nyaman. Atau mereka merasa bahwa sepanjang hidupnya akan gagal.
Quoted From Many Source